Ketika Istri Hanyalah Orang Lain yang Kebetulan Harus Diurus, Mengapa Memilih untuk Menikahinya

Pict by: Pixabay

Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial facebook dan twitter mengenai pasangan suami istri yang menceritakan kisah hidup mereka. Bukan kehidupan rumah tangga yang penuh keromantisan dan ke-uwwuu-an, tetapi masalah rumah tangga mereka yang mungkin secara sengaja ingin disebar luaskan. 

Menceritakan keburukan rumah tangga sebenarnya bukanlah perkara yang baik untuk dipublikasikan. Hanya dibicarakan dengan kerabat atau orang tua saja seharusnya tidak diperkenankan, apalagi hingga cakupan media sosial yang hampir semua orang bisa ikut mengakses dan melihatnya. Tentu kemudhorotan yang akan terjadi setelahnya. 

Memang, seringkali banyak orang yang menceritakan kisah pilu rumah tangganya di media sosial dengan alasan bisa diterima oleh orang dan mendapat support bagi pembaca yang tanpa sengaja ikut menyimak masalah yang sedang dialami. Selain itu, tidak adanya orang terdekat yang bisa dijadikan support system juga menjadi alasan utama seseorang lebih memilih meluapkan semua ceritanya di media sosial.

Sayangnya tidak semua orang bisa bijak menggunakan media sosial, alih-alih ikut berbelas kasihan dengan cerita TS justru sebagian orang berbondong-bondong silaturahmi dengan akun si pasangan yang berlaku buruk atau si pelakor jika ada pihak ketiga dalam hubungan rumah tangga si TS. Dilihat dari segi apapun, tidak seharusnya seseorang menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang lain terlebih khalayak umum. 

Kembali lagi dengan berita yang sempat viral tersebut yang intinya Seorang Istri Hanyalah Orang Asing yang Kebetulan Harus Diurusi. Yang buat saya hingga menulis artikel ini adalah ketidak setujuan dengan pendapat si suami yang beranggapan seperti itu. Pertanyaan yang saat pertama kali membaca thread itu adalah "jika memang seorang istri hanya dianggap orang asing dan kebetulan harus diurusi, lantas mengapa dulu memutuskan untuk menikahinya". Apakah ketika menulis kalimat seperti itu si suami ini tidak berpikiran tujuan ia menikah untuk apa. 

Saya tidak akan membahas mengenai pernikahan, karena bukan ahlinya dan takut jika salah menafsirkan. Hanya saja, masih heran ketika memutuskan untuk menikah, mengapa masih menganggap istri sebagai orang lain yang kebetulan harus diurusi. Padahal dalam islam, potongan ayat yang masih saya ingat di Q.S An-Nisa' menjelaskan jika istri adalah pakaian bagi suaminya dan begitu pula sebaliknya. Jika seperti itu, masihkah menganggap pasangan hanyalah orang lain yang harus diurusi? Bukankah memang sepatutnya harus dan wajib diurusi bahkan dibahagiakan, lebih-lebih dibahagiakan melebihi sebelum dipersunting menjadi istri. 

Hei yang ingin saya tekankan, mengapa sih laki-laki sangat mudah untuk tidak menerima istrinya dengan apa adanya setelah beberapa tahun menikah. Mengapa masih ada kepikiran, inisiatif untuk mencari perempuan lain. Istri yang selalu memenuhi kebutuhan pangan dan menyiapkan segala keperluan suami itu jika wajahnya tidak semulus saat pertama kali kenal. Tidak semenarik ketika PDKT dan tidak cantik seperti saat di pelaminan, itu semua karena tidak ada waktu untuk me time alias skincare-an memoles wajah. Apa itu juga salah si istri? 

Selain karena tidak cukup waktu akibat terlalu sibuk mengurus rumah, alasan lainnya juga tak ingin menambah pengeluaran rumah tangga dan lebih memilih ditabung untuk diberikan kepada orang tuanya atau untuk masa depan anaknya. 

Lantas mengapa masih ada yang menganggap istri hanyalah orang asing yang kebetulan harus diurusi. Jika seorang kepala keluarga berbicara semacam itu, si istri juga bisa saja tidak memenuhi kebutuhan pangan serta menyiapkan keperluan lainnya kepada suami jika ia hanya dianggap seperti pesuruh yang harus diurusi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esensi Lomba Agustusan dan Cara Mengisi Kemerdekaan yang Tepat

Saat Gengsi Merubah Cara Berpikir dan Bertindak Seseorang