![]() |
Pict by Pixabay.com |
Tak ada perjuangan yang sia-sia selama hal yang dilakukan semakin mendekatkan kepada tujuan yang ingin segera dicapai.
Tahun ini sudah genap menyelesaikan pendidikan strata satu di jurusan farmasi yang saya tempuh. perjuangan 4 tahun ternyata tidak sia-sia ketika bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu meski sempat terkendala pandemi Covid saat eksperimen ambil data penelitian. Semua itu terbayarkan sudah saat sidang dan dinyatakan lulus dari dosen penguji saya. Namun tak hanya berhenti di situ saja, masih ada hal-hal yang masih menanti di depan mata setelah lulus dari sarjana ini. Menilik kebelakang kembali, ada banyak memori yang membersamai selama 4 tahun kuliah, terutama di semester 4 tahun 2018 lalu. Yap! ada something yang mengubah hampir 180 derajat kehidupan saya waktu itu. Qodarullah sekitar akhir bulan November sepulang kuliah saya mengalami kecelakaan hingga membuat kaki saya patah. Iyaa kaki saya patah sampe harus masuk rumah sakit dan dioperasi untuk di implan tulang atau istilahnya di pen. serta menjalani keseharian dengan sangat tidak nyaman selama beberapa bulan pertama setelah operasi.
Saat itu, pikiran pertama yang terlintas menjelang operasi bukan apakah operasinya akan berjalan lancar atau tidak, tapi justru yang dipikirkan itu apakah saya bisa berjalan normal kembali seperti sebelum kecelakaan. Apakah saya bisa menjalani hidup seperti sebelum kecelakaan dan bisa tertawa, dan pikiran lainnya yang memenuhi isi kepala hingga tiap menit selalu menangis. Hingga saat operasinya sudah selesai dan alhamdulillah berjalan lancar, pikiran masih kemana-mana dan tetap sesenggukan sendiri.
Apakah akan dikira cengeng? entahlah hanya itu emosi yang bisa saya luapkan. Benar saja, setelah operasinya selesai, saya masih kepikiran dengan berbagai macam yang membuat saya menangis terus. Bagaimana tidak, semua hal yang biasanya bisa saya lakukan sendiri harus dibantu orang tua terutama ibu. Harus dengan bantuan tongkat saat berjalan dan aktivitas paling menyebalkan saat itu adalah ketika harus naik tangga di masa kuliah. Benar-benar menjadi tantangan dan perjuangan yang harus saya jalani kurang lebih selama 1 tahun.
Dan, untuk saat ini. . . hanya bisa mengucap syukur Alhamdulillah, ternyata diri ini pernah melewati masa sulit atau bisa dikatakan fase terendah dalam hidup. Untuk sekarang, meski masih belum sepenuhnya berani melakukan apapun seperti sebelum kecelakaan, namun setidaknya sudah lebih bangkit. Lebih berani untuk mencoba eksplor diri lagi. Kira-kira hampir 2 tahun untuk saya bisa benar-benar berani melakukan apa yang sebelumnya tidak berani saya lakukan setelah kecelakaan. Cukup lama memang, tapi itu semua memang tidak mudah bagi saya. Pun, jika saya memaksanya dari dulu, yang ada malah rasa takut yang semakin tinggi karena belum siap ketika menghadapi konsekuensi yang saya ambil.
Akan tetapi, sekarang saya sadar. Hal yang membuat saya belum berani mencoba melakukan something yang lebih menantang setelah kecelakaan, adalah karena saya terlalu membatasi diri sendiri. Saya terlalu takut akan kejadian serupa yang terulang jika melakukannya tergesa-gesa dan seperti tanpa pertimbangan yang matang. Yang harus dicoba adalah melawan ketakutan diri sendiri, bahwa "Saya yakin pasti bisa, karena yang membuat saya tak pernah maju adalah diri saya sendiri".
Inilah saya yang sekarang, mulai berani untuk melakukan seperti apa yang pernah saya lakukan sebelum kecelakan. Mencoba memulainya dari awal kembali untuk meyakinkan kepada diri sendiri bahwa saya bisa dan tidak berbeda dengan orang yang tidak mengalami kecelakaan atau cacat fisik.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan jika ada yang ditanyakan dan terima kasih sudah meninggalkan komentar