Teliti Itu Bukan Perfeksionis
![]() |
Image : pexels |
Hai hai hallooo
Kali ini mau sedikit cerita mengenai suatu hal yang seharusnya dilakukan namun seringkali disepelekan. Yap! mengenai ketelitian.
Siapa yang suka melihat pekerjaan yang dikerjakan dengan perfeksionis dan minim kesalahan? hampir setiap orang yang ditanya selalu menjawab ya, saya suka dengan pekerjaan yang perfeksionis. Tetapi ada juga yang beranggapan jika orang perfeksionis itu terlalu berlebihan dan sok benar sendiri. Padahal sebenarnya ada tujuan tersendiri selama bersikap perfeksionis tersebut.
Ketelitian seringkali tidak diperhatikan dalam melakukan suatu pekerjaan, termasuk dalam berorganisasi. Yang sering dijumpai, ketika ada teguran karena ketidaktelitian dalam menulis surat ataupun berkas, baru minta maaf. Padahal sebenarnya ketidaktelitian itu bisa dicegah jika sudah membiasakan untuk self editing sebelum berkas atau surat tertentu diedarkan.
Perfeksionis selalu dikaitkan dengan ketelitian. Karena dengan ketelitian yang tinggi sehingga minim kesalahan dan mendekati perfeksionis. Menjadi perfeksionis itu tak ada salahnya, justru dimulai diri kita sendiri harus terbiasa teliti untuk bisa melakukan segala hal dengan tingkat kesalahan minimal. Dan yang terpenting agar tidak diremehkan oleh orang lain karena kecerobohan dan keteledoran dalam mengerjakan suatu hal.
Akan tetapi, teliti berbeda dengan perfeksionis. Meskipun keduanya berhubungan, namun teliti adalah suatu hal yang berusaha dilakukan sebaik dan semaksimal mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang fatal. Sedangkan perfeksionis merupakan suatu hal yang harus dikerjakan dengan mendekati kesempurnaan. Pun jika dalam teliti tetap berusaha agar pekerjaan yang dilakukan sempurna, pasti ada saja kelalaian yang tanpa disengaja yang benar-benar tidak bisa dikatakan pereksionis.
Nah di organisasi sendiri setiap hal harus bisa dikerjakan seteliti mungkin. Baik saat menjalankan program kerja ataupun saat mengarsipkan berkas organisasi. Agar ke depannya minim kesalahan dan tidak ditegur oleh dosen ataupun pihak luar kampus karena kesalahan yang dibuat oleh organisasi. Sehingga semua pihak panitia harus bisa menerapkan sikap teliti pada dirinya sendiri, tidak hanya mengandalkan satu atau dua orang yang tugasnya mengatur segala hal mengenai pengecekan ketelitian semua hal.
Dampaknya jika terdapat kesalahan yang sampai ditegur oleh dosen ataupun pihak luar, yang malu bukan hanya orang yang membuat kesalahan atau tidak sengaja membuat kesalahan tersebut. Tetapi atas nama organisasi tersebut mendapat cap kurang baik oleh pihak yang mengetahui letak kesalahan yang diperbuat oleh organisasi tersebut. Bahkan karena kecerobohan yang menimbulkan kesalahan dalam penulisan surat ataupun berkas, maupun dalam mempersiapkan progja memiliki kendala, pihak luar tidak akan mau bekerja sama lagi dengan organisasi.
Melihat dampak yang tidak mengenakkan yang ditimbulkan dari sifat kurang teliti dan cenderung menyepelekan akan merugikan nama organisasi, maka seharusnya setiap orang yang sudah berkomitmen mengikuti organisasi tertentu bisa memaksimalkan kewajibannya. Termasuk dengan ikut membantu menjaga nama baik organisasi dengan meminimalkan kesalahan yang ditimbulkan akibat ketidaktelitian dalam mengurusi suatu hal.
Sebagai catatan, tidak perlu menginginkan untuk disanjung karena sifat ketelitian yang sudah kita lakukan. Jadikan sifat itu sebagai prinsip yang harus selalu dipegang setiap mengerjakan sesuatu, agar orang lain bisa tahu dengan sendirinya bahwa kita sudah berusaha maksimal dalam menjalankan tugas yang diberikan.
So, jika masih belum terbiasa untuk teliti, mulai dibiasakan sekarang. Agar nantinya ketika memiliki tanggung jawab bisa memaksimalkan sesuai kesanggupanmu dan minim kesalahan.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan jika ada yang ditanyakan dan terima kasih sudah meninggalkan komentar